Filsafat Dakwa

Selasa, 16 Desember 2008 Leave a Comment

Pada dasarnya, dakwah dapat dipandang sebagai sebuah realitas, dakwah dapat dikaji dan dijelaskan melalui berbagai perspektif, seperti sosiologi, antropologi, sejarah. Politik, dan tentu saja filsafat.

Ketika dakwah dipandang dari sudut filsafat, dan karenanya kemudian disebut sebagai filsafat dakwah, maka akan segera muncul pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus segera dijawab. Misalnya, apakah dakwah itu? Apakah tujuan dakwah itu? Apakah dakwah diperlukan bagi kehidupan manusia? Mengapa manusia memerlukan dakwah? Apa akibatnya kalau tidak ada dakwah?

Pertanyaan-pertanyaan tadi merupakan masalah-masalah yang harus dijelaskan oleh filsafat dakwah. Filsafat dakwah akan berurusan dengan pertanyaan apa yang diketahui atau sesuatu yang hendak dikaji untuk mengetahui yang lebih dalam.

Pengertian filsafat dakwah berdasarkan makna filsafat sebagai kegiatan berpikir sesuai hukum berpikir, dapat dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah dan respons terhadap dakwah yang dilakukan para da'i, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia yang beriman serta berakhlak mulia. Pada prateknya, filsafat dakwah akan mempelajari secara kritis dan mendalam mengapa ajaran Islam perlu dikomunikasikan, disosialisasikan, dan diamalkan? Mengapa keyakinan manusia perlu diluruskan? Mengapa pikiran manusia perlu dimerdekan dari anasir-anasir irasional? Mengapa jiwa manusia perlu dibersihkan dari hawa nafsu yang buruk? Mengapa nilai-nilai kemanusiaan perlu ditumbuhkembangkan. Inilah sederatan pertanyaan mendasar yang harus dijawab secara tuntas oleh filasaf dakwah.

Permasalahan yang dapat di galih.

Masalah-masalah yang dapat digali oleh filsafat dakwah terutama mengkaji status dakwah dalam sistem ajaran Islam, apa tugas manusia, bagaimana perwujudan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah, apakah tujuan dakwah.

Sedangkan dalam kedudukan sebagai bagian dari filsafat Islam, filsafat dakwah terutama mengkaji persoalan-persoalan filsafati yang menjadi bagian dari kajian filsafat islam khusus yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang timbul sebagai akibat atau yang berasal dari dinamika dan proses dakwah. Ia mengkaji alasan manusia memerlukan agama, mengapa agama perlu didakwahkan, apa tujuan akhir dakwah dan persoalan-persoalan etika dakwah.



1. Pengertian Filsafat Dakwah Secara Etimologis

Pengertian filsafat secara etimologis, Poendjawidna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata philosopia. Dalam bahasa Yunani kata philosopia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sofhia; philo artinya cinta sedangkan sophia artinya kebijakan jadi, menurut nama saja filsafat boleh diartikan cinta kepada kebajikan (1974:1).

Yang kedua adalah definisi dari dakwa, pada dasarnya ada dua pola pendefinisian dakwah. Pertama dakwah berarti tabligh, penyiaran dan penerangan agama. Pola kedua, dakwah diberi pengertian semua usaha dan upaya untuk merealisir ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan itu maka filsafat dakwah dapat diberi pengertian sebagai kajian filsafat Islam yang mendalam tentang status, tujuan dan hakekat dakwah. Dan filsafat dakwah mendiskusikan persoalan-persoalan mendasar yang timbul dari proses dakwah, untuk ditemukan jawaban yang mendalam dari berbagai persoalan filsafat pada bidang dakwah bukanlah semata-mata mengenai materi pesan dalam dakwah yang didekati secara filosofis, melainkan berkaitan dengan kebutuhan dakwah sebagai kegiatan orang beriman yang menjadi dasar pertumbuhan dan pelahiran ilmu dakwah.

Filsafat dakwah adalah suatu kajian dengan berbagai dimensi. Disatu fihak filsafat dakwah merupakan bagian dari disiplin ilmu dakwah dan di pihak lain filsafat dakwah bagian dari filsafat Islam. Menurut pandangan Dzikron Abdullah, Filsafat dakwah tidak lebih dari sekedar "berpikir" yang diterapkan untuk memahami secara mendalam dan mendasar segala hal mengenai dakwah. Oleh karena itu ia berpendapat, filsafat dakwah pada dasarnya dari keilmuan dakwah.

Jika dilihat dari persoalan yang dikaji dari kedua kedudukan itu, ditemukan persoalan yang dikaji sebagai berikut. Bahwa dalam kedudukan sebagian besar dari ilmu dakwah, filsafat dakwah terutama mengkaji status dakwah dalam sistem ajaran Islam, apa tugas kekhalifahan manusia, bagaimana perwujudan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah, apakah tujuan dakwah.

Sedangkan dalam kedudukan sebagai bagian dari filsafat Islam, filsafat dakwah terutama mengkaji persoalan-persoalan filsafati yang menjadi bagian dari kajian filsafat islam khusus yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang timbul sebagai akibat atau yang berasal dari dinamika dan proses dakwah. Ia mengkaji alasan manusia memerlukan agama, mengapa agama perlu didakwahkan, apa tujuan akhir dakwah dan persoalan-persoalan etika dakwah.


2. Pengertian Filsafat Dakwah Secara Terminologis.

Melihat pengertian filsafat dari segi istilah (terminologi) maka Poedjawitna (1974:11) mendefinisikan fisafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.

Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, dan bagi Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan eksetika. Dan Al-fareribi berpendapat filsapat ialah pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Menurut Pyhtagoras filsafat ialah the love of wisdom berarti manusia yang paling tinggi nilainya manusia pecinta kebijakan (lover of Wisdom), sedangkan yang dimaksud dengan wisdom olehnya kegiatan melakukan perenungan tentang tuhan.

Ketika membahas filasafat dakwah sayuti farid memberi pengertian filsafat sebagai pemikiran sedalam-dalamnya, seluas-luasnya dan sejauh-jauhnya tentang hakikat segala "yang ada" yang mungkin ada." Intisari Filsafat menurut Harun Nasution adalah berfikir (logika) yang bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama), dilakukan secara mendalam sehingga mencapai ke dasar persoalan, ia meliputi segala kegiatan-kegiatan reflektip dari budi manusia persorangan yang berusaha untuk menemukan jawaban-jawaban yabg beralasan mengenai berbagai persoalan filsafat.

Dalam kaitan itu, maka filsafat dakwah dapat diberi pengerian sebagai kajian islam yang mendalam tentang status tujuan dan hakikat dakwah. Filsafat dawah mendikusikan persoalan-persoalan mendasar yang timbul dari peroses dakwah, untuk ditemukan jawaban yang mendalam dari berbagai persoalan filsafati dalam bidang dakwah. Pembahasan filsafat dakwah bukanlah semata-semata mengenai materi pesan dalam dakwah yang didekati sacara filosofis, melainkan berkaitan dengan keutuhan dakwah sebagai substansi kegiatan orang yang beriman yang menjadi dasar pertumbuhan dan kelahiran ilmu dakwah.


3. Objek Kajian filsafat Dahwah

Obyek material filsafat dakwah dengan ilmu-ilmu sosial. Prilaku keislaman adalah ruang persentuhan obyek material ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu keislaman. Sedangkan prilaku teknologis adalah ruang persentuahan obyek material ilmu dakwah dengan penerapan teknologi untuk kesejahteraan manusia (seperti teknologi komunikasi).

Obyek forma filsafat dakwah pada dasarnya menunjuk pada denotasi dakwah. filsafat dakwah adalah kumpulan pengetahuan yang membahas masalah dan segala hal yang timbul atau mengemuka dalam interaksi antar unsur dari sistem dakwah agar diperoleh pengetahuan yang tepat dan benar mengenai kenyataan dakwah.

Maka dapat disimpulkan bahwa filsafat dakwah terutama mengkaji status dakwah dalam sistem ajaran Islam, apa tugas kekhalifahan manusia, bagaimana perwujudan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah, apakah tujuan dakwah.

Sedangkan dalam kedudukan sebagai bagian dari filsafat Islam, filsafat dakwah terutama mengkaji persoalan-persoalan filsafati yang menjadi bagian dari kajian filsafat islam khusus yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang timbul sebagai akibat atau yang berasal dari dinamika dan proses dakwah. Ia mengkaji alasan manusia memerlukan agama, mengapa agama perlu didakwahkan, apa tujuan akhir dakwah dan persoalan-persoalan etika dakwah.



0 komentar »